Senin, 30 September 2019

Masih tentang Aqidah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Hampir disetiap waktu ketika kita bersyukur kepada Allah, disematkan pula harapan supaya mendapat syafaat dari Rasul (Nabi Muhammad SAW). Padahal sejatinya hanya Allah yang dapat memberi. Namun, Rasul diberikan hadiah khusus yaitu dapat menyarankan siapa saja hambanya yang pantas untuk mendapar syafaat dari Allah SWT.

Sebelumnya telah dibahas tentang memurnikan kembali aqidah kita, yaitu bagaimana bahwa islah merupakan sistem hidup dan seperti nafas yang tidak dapat dipisahkan dengan kita.

Muhammad Natsir, seorang ulama, pejuang kemerdekaan dan seorang politisi muslim jempolan pernah berucap "Islam beribadah, akan diibiarkan, Islam berekonomi, akan diawasi, Islam berpolitik, akan dicabut seakar-akarnya". Beliau mengungkapkan hal tersebut ketika negeri ini di ambang krisis kehancuran akibat ulah elite yang ingin mengubah ideologi negara.

Maka, tak perlu terkejut jika saat ini kita menemukan ada tokoh yang menolak poligami dan aturan islam lainnya. Dimana kita tahu bahwa poligami sendiri diperbolehkan. Hukum Islam tidak melarang hal tersebut. Sehingga merupakan kewajiban kita sebagai muslim untuk menaati hokum tersebut dan tidak melakukan hal yang bertentangan seperti menolak poligami.

Semua yang dilakukan oleh Rasul (Nabi Muhammad SAW) ialah berdasarkan wahyu, termasuk ketika rasul memtuskan untuk menikahi 'Aisyiyah yang sekarang dijadikan senjata bagi kaum munafik/kafir untuk menyerang rasul karena menikahi 'Aisyiyah yang sangat muda. Padalah yang dilakukan semuanya ialah perintah dari Allah SWT.

Pada saat 3 tahun sebelum Rasul memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Rasul telah menyiapkan segalanya. Saat itu, ialah masa Haji di Mekkah. Haji dilakukan oleh banyak umat yang melanjutkan syariat dari zaman nabi Ismail AS. Bani Hasyim merupakan Bani paling terhormat yang mendapat tugas memberi jamuan bagi tamu Allah yang melaksanakan haji pada musim haji. Terdapat 6 pemuda dari Madinah yang Rasul jamu dan diberikan pengetahuan serta diskusi mengenai islam sehingga mereka menyebarkannya di Madinah.

Kala itu, kondisi Madinah lebih memprihatinkan dibanding Mekkah. Karena terdapat banyak bangsa alias heterogen berbeda dengan Mekkah yang hanya diisi oleh beberapa Kaum. Terdapat suku Arab Badui, Yahudi, Nasrani, dll. Walaupun begitu, setahun setelah 6 pemuda tadi menyampaikan risalah islam di Madinah, datanglah 12 orang yang berbai'at untuk beriman kepada Allah dan Rasul. Baiat selanjutnya disebutkan 70 orang yang datang untuk menjalankan ibadah Haji.

Banyak yang telah beriman. Namun, belum mengetahui tentang syariat, sehingga di utus lah ….. untuk memberi pelajaran kepada muslim di Madinah. Termasuk mengkondisikan agar Madinah siap untuk dijadikan tempat Hijrah.

… dipilih karena dari golongan terpelajar yang secara retorika cara penyampaian dan mengajaknya sangat meyakinkan. Sedangkan yang lainnya focus bertahan di Mekkah selama 2 tahun sebelum Hijrah.

Sampai disini kita dapat menyimpulkan bahwa berjamaah merupakan sebuah keniscayaan ketika kita paham betul tentang syumuliatul Islam. Ketika kita berpikir ujung dari tujuan ialah bagaimana mewujudkan Rahmatan lil Alamin di semesta, tidak akan bias dicapai sendirian. Ingin sehebat apa? ketika perorangan ditanya hadist saja masih banyak yang tidak hafal. Disanalah pentingnya untuk ber"Kolaborasi"

Kamis, 26 September 2019

Kenapa Kita Perlu Melek dengan Kondisi Negara ?

Banyak masyarakat apatis yang tak mempedulikan urusan negara. Bahkan informasi tentang keadaan di negaranya pun tidak diperhatikan. Sikap ini muncul akibat tidak paham alasan dari 'Kepedulian kita terhadap Negara'. Sebagai umat muslim yang mempunyai pedoman yaitu Al-Qur;an dan Teladan yang baik dalam berbagai bidang yaitu Rasul Muhammad SAW. Perlu paham dengan baik, kenapa peduli pada negara ialah suatu 'keharusan'. Terutama yang sedang terjadi pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Maka, apapun yang terjadi pada negara ini akan sangat berpengaruh pada umat muslim di dalamnya. Begitu pula, seperti apa muslim di negara ini akan sangat berpengaruh kepada negara. Jika dilihat kondisi negara saat ini, banyak masalah yang membuat rakyatnya kecewa. Mulai dari kebakaran hutan, pengesahan RUU yang dinilai masyarakat bermasalah dan merugikan hingga masalah-masalah lainnya yang tidak terliput oleh media. Masalah-masalah ini tentunya bukan untuk diabaikan. Sebut saja dalam hal ini urusan politik. Menurut saya sebagai muslim tidak ada satupun alasan yang membuat kita cuek terhadap urusan ini. Kita mempunyai Islam sebagai pedoman yang sifatnya menyeluruh tidak terkecuali urusan Politik. Sebagai muslim perkara membenarkan ajaran Islam menyangkut Aqidah. Islam merupakan agama yang menyeluruh (Syumuliatul Islam). Kalau kita hanya mengambil yang nyaman dan menafikan yang lainnya maka tidak sempurnalah aqidah. Seluruh bagian dapat diselesaikan dengan islam. Hal ini telah dibuktikan oleh Rasul.

Jika hari ini hanya mengambil sebagian, maka akidah perlu dipertanyakan (?).

Tentang jangkauan syumul dalam risalah islam ini Ust. Hasan Al-Banna mengatakan "Islam adalah risalah yang Panjang terbentang sehingga meliputi semua abad sepanjang zaman, terhampar luas sehingga meliputi semua cakrawala umat, dan begitu mendalam sehingga memuat urusan-urusan dunia dan akhirat".


Beberapa contoh tentang hal yang telah diatur oleh Islam seperti riba atau ekonomi dan hijrah aka travelling.

Islam meliputi zaman atau mencangkup seluruh dimensi waktu yaitu, islam sejak zaman rasul hingga sekarang ialah sama contohnya perkata tentang riba, khamr, shalat dan Al-Quran.
Artinya tetap dapat diimplementasikan pada zaman seterusnya.

Rasul Muhammad SAW dari golongan Bani hasyim yang merupakan bani paling terhormat, tapi bukan pling kaya. Ketika masih muda, saat menggembala kambing, rasul tertarik untuk melihat hal yang tidak seharusnya dilihat atau didengar karena penasaran. Namun Allah menjaga dan melindungi rasul dengan membuatnya tertidur *riwayat lain mengatakan pingsan.

Nabi lainnya mempunyai periode yang terbatas. Namun, Rasul diutus untuk selamanya.
Rasul memberi peringatan dalam (HR. Abu Daud, Syaikh al Albany mengatakan: Shahih. Lihat Misykah al Mashabih, Juz. 3 hal. 173, No. 5406) : tentang 30 pembohong, yang semuanya mengaku sebagai nabi, padahal tak adalagi nabi setelah Rasul (Nabi Muhammad). Maka tidak ada syariat lagi setelah islam, tidak ada kitab lagi setelah Al-Qur'an dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

Islam mencangkup berbagai pedoman kehidupan, yaitu semua hal pokok & cabang sebenarnya diatur dalam islam (Al-Asas/Fondasi = Akidah & Tauhid, Al-Bina/Bangunan = Akhlak & Ibadah, Al-Mu'ayyidat/Penopang/Pelindung = Dakwah & Jihad) Fondasi = Akdah & Tauhid Seluruh surat Makiyyah membahas tentang Akidah, Selama 13 Tahun Rasul di Mekkah khusus membangun pondasi dengan menanamkan akidah/tauhid, barulah selama 10 tahun dii Madinah berdakwah tentang Fiqh. Waktu untuk membangun Aqidah lebih lama dibandingkan tentang syariat maupun Fiqh.

Bangunannya = akhlak & ibadah
Islam mngatur bukan hanya hubungan antar manusia tetapi juga dengan hewan/makhluk hidup lainnya. Islam diatas 5 perkara (rukun islam), ini merupakan bentuk ibadah.

Penopang & pelindung = dakwah & jihad
Tugas dakwah yaitu dengan ber-amar maruf nahi munkar. (Ssuai kmmpuan)

Islam mencangkup seluruh dimensi ruang, yaitu tidak dibatasi oleh batasan-batasan geografis tertentu. Dalam Al araf 158 yang menjelaskan tentang universalitas islam.

Dapat disimpulkan bahwa Islam bukan hanya diturunkan untuk orang Arab melainkan semua manusia di mukabumi. Cangkupan Islam ini pula sebagai bukti bahwa Islam adalah ajaran yang layak dan wajib menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia dimanapun mereka berada, dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahu'alam


Terdapat "Grand Desain Proyek Amal Islami", yaitu 7 langkah yang harus menjadi acuan gerakan islam :

1. Memperbaiki diri sendiri
2. Memperbaiki keluarga
3. Memperbaiki Masyarakat
4. Memperbaiki Negara (membersihkan dari setiap kekuasaan tidak islami politik, ekonomi & moral)
5. Memperbaiki Pemerintahan (pemerintah bekerja untuk kemaslahatan) 
6. Mengembalikan system Khalifah
7. Menyebarkan dakwah islam keseluruh penjuru dunia / Semesta


{catatan yang kudapat ketika mendengan sharing dari salah seorang teman}

Selasa, 24 September 2019

Male and Female Must Have Different Educational Programs

In this evening, I want to explain my opinion about, male and female women must have different educational programs.

Before that, the purpose of education carried out by peoples is certainly to support their lives.  What we know is that there are many useful things which can be learned according to hobbies, preferences and the environment. And also adjusted according to their obligations according to gender.

Where male and female have different functions according to their nature. Like in families, where fathers and mothers have different roles. Maybe we often hear the difference between male and female from the advantages and disadvantages such as there can be multitasking or not, more focused and logical or thinking about feelings. Surely this is in general, maybe in very some cases is not always like that.

Based on the functions and characters according to different psychologists, there needs to be different educational programs for men and women. One example of an educational program about fitness. Of course, male have different training with female.

Female are better off getting an educational program that is supported by their compassionate and more patient nature.  While male get an education program that is supported by a logical nature and leaders.

This does not mean injustice towards gender differences.  Rather it is adapted to the nature and role.  I've heard a sentence about justice which says "justice is not the same size but according to its size". In my opinion the size was meant the difference between genders

Based on this, I think male and female must have different educational programs so that the benefits are in accordance with their role.

Thus my speech, thank you for your attention, maybe someone wants to add, refute or ask? Thanks for you attention