Assalamualaikum, seperti biasa postingan kali ini aku dapatkan dari salah satu kajian online yang belum lama kuikuti. Adapun pematerinya seorang mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Sudan. Mudah-mudahan bermanfaat :)
Pembahasan terbagi menjaid 2 poin utama yaitu Menghafal Al-Quran dan Muhasabah diri.
Menghafal Al-Quran
Setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menghafal Al-Quran. Banyak yang masih muda maupun sudah berumur bisa hafal 30 Juz. Maka menghafal tidak mengenal usia. Walaupun satu hari hanya satu ayat, dari keterbatasan itu tidak akan menjadi penghalang. Selama yang dilakukan ialah secara istiqomah (terus menerus). Tidak jarang yang sedikit namun istiqomah bisa berbuah manis. Dalam prosesnya kita juga secara berkala memperbaharui niat karena tidak jarang ada saja hal yang membuat kita lupa dengan niat awal.
Pertama-tama kita harus mengenal Al-Quran, barulah menghafal kemudian murojaah selamanya. (cmiiw sepertinya ada langkah yang terlewat)
Para penghafal Quran itu ibarat seorang ibu yang mengandung. Dimana seorang ibu merasakan letih, lelah atau inginnya tidak beraktivitas karena beratnya ketika mengandung. Seperti itulah juga ketika menghafal Al-Quran, kita rela melawan itu semua dan mengorbankan banyak hal.
Namun, ketika melahirkan? rasa bahagia muncul. Pun ketika penghafal telah berhasil menyelesaikan hafalannya. Alhamdulillah. Bahagia luar biasa.
Muhasabah
artinya melihat, mengevaluasi pada amalan yang telah dilakukan oleh diri ini, lalu mengoreksi kesalahan yang dilakukan dan menggantinya dengan amal sholeh.
Terdapat 3 tipe manusia seiring dengan perubahan waktu, yaitu:
1. Manusia yang beruntung.
Ini adalah mereka yang berubah lebih baik, orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.
2. Manusia yang rugi.
Mereka yang tidak berubah akan termasuk dalam tipe ini, yaitu orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, dan hari esok sama dengan hari ini.
3. Manusia yang celaka,
yaitu jika ia berubah menjadi lebih jelek, yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dan hari esok lebih buruk dari hari ini.
Melakukan mutabaah diri = Tarbiyah zatiyah (membina diri sendiri)
Mengapa muhasabah penting ?
1) Kita yang paling tahu diri kita sendiri
2) Setiap waktu kita tak luput dari dosa
3) Dunia tidak abadi, akan ada akhir
4) Hisab kelak bersifat individual
Amal manusia itu tergantung akhirnya, jadi jangan salah persiapan.
Jenis-jenis muhasabah :
1) Sebelum berbuat : apakah telah sesuai syariat (niat dan dicontohkan)
2) Setelah berbuat : apakah yang tadi dilakukan/dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah
"Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisap, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal'' - Umar bin Khattab RA -
Cara muhasabah :
1) Evaluasi amalan : niat, amalan, dosa
2) Banyak mengingat kematian, orang yang paling cerdas adalah orang yang paling sering mengingat kematian dan mempersiapkannya.
3) Tidak sombong, ketika melihat yang lebih mudah maka ingat mereka dosanya lebih sedikit. Sedangkan yang lebih tua amalnya lebih banyak.
4) Minta nasehat, bisa secara langsung atau mendengarkan kajian dan membaca buku.
Jangan jadi hamba momentum, tapi pertahankan kebiasaan baik :
1. Niat, berazzam kepada Allah
2. Berdoa kepada Allah agar selalu dikuatkan
3. Mengilmu sebelum beramal
4. Menambah wawasan dengan membaca buku atau mendengarkan ceramah
5. Menulis semua rencana amaliyah dalam sehari atau adanya mutabaah harian
6. Berusaha istiqomah sekuat tenaga agar lebih baik dari hari sebelumnya
7. Mencari lingkungan yang kondusif dan berkumpul dengan orang-orang yang shaleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar