Berikut ini semoga informasi bermanfaat yang saya dapat dari berbagai sumber (tercantum). Mohon maaf apabila ada yang tidak dirubah dan hanya copas. Jika ada perbaikan silakan menghubungi admin.
Mendengar secara efektif adalah dengan memadukan indra pendengaran dengan pikiran, sehingga dapat menangkap dan menginterpretasikan pesan yang disampaikan.
Biasanya yang menghambat adalah pikiran kita sendiri. Manusia punya ''suara kecil'' di dalam kepala yang tidak pernah berhenti melakukan analisis, nilai, evaluasi atau yang lainnya sehingga manusia lebih fokus dengan suara kecil tersebut daripada memperhatikan lawan bicara.
Hal ini membuat mudah perhatiannya beralih ke hal lain dalam waktu singkat. Walaupun ini wajar tapi tidak bisa kita diabaikan atau dibiarkan karena akan mengganggu proses komunikasi.
atau
Banyak juga dari kita yang lebih suka berbicara sehingga ketika mendengarkan saudara sedang berbicara tiba-tiba dipotong. Padahal saudara kita yang bicara belum selesai.
Dikutip dari buku berjudul 'Nabi Muhammad SAW, The Real Motivator' karya Haeriah Syamsuddin, fenomena tadi sebenarnya dapat ditarik satu kesimpulan, bahwa pada dasarnya manusia itu selalu ingin diperhatikan dan didengarkan.
Betapa banyak orang yang ingin menjadi pembicara. Tetapi hanya sedikit yang dapat menjadi seorang pendengar .
Padahal komunikasi bisa efektif jika persepsi sudah sama yang salah satu syaratnya pendengar menjadi pendengar yang baik. Sederhananya, gimana sih cara menjadi pendengar yang baik ? ya kita cuma perlu mendengerkan dengan baik..lah...
Suri tauladan kita tidak lain dan tidak bukan, Nabi Muhammad SAW adalah contoh pendengar yang baik. Dengan penuh perhatian beliau mendengarkan segala keluh kesah yang diadukan para sahabatnya.
Tak sekalipun beliau memotong pembicaraan, membantah, atau meremehkan si pembicara. Tak pernah beliau menolak mereka yang datang, meski kedatangan mereka sekadar mengutarakan hal-hal sederhana.
Berikut adab yang diajarkan dalam islam untuk menjadi pendengar yang baik:
Menunjukkan bahasa tubuh yang positif.
1. Melihat wajah lawan bicara, memperhatikan bahasa tubuh.
Jika kita dan teman sedang berbicara secara langsung, maka pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis).
Hal ini akan membuat teman kita merasa lebih dihargai. Dari ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
إنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا فَلَبِسَهُ قَالَ : شَغَلَنِي هَذَا عَنْكُمْ مُنْذُ الْيَوْمَ إِلَيْهِ نَظْرَةٌ وَإِلَيْكُمْ نَظْرَةٌ ثُمَّ أَلْقَاه
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari (memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian”. Kemudian beliau pun melempar cincin tersebut.”(Shahih An Nasa’i : 5304)
Diam dan memperhatikan (QS 50/37) yang artinya ''Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.''
bahasa tubuh yang positif lainnya,
2. Antusias/Bersungguh-sungguh
Mendengarkan pembicaraan teman kita dengan baik yaitu dengan sangat antusias. Kita menunjukkan kalau tertarik sehingga lawan bicara mengganggap info tersebut benar-benar penting.
‘Ataa’ bin Abi Rabah rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya seseorang menyampaikan kepadaku tentang suatu pembicaraan, maka akupun seksama mendengarkannya, seakan-akan aku tidak pernah mendengarnya. Padahal aku telah mengetahuinya, sebelum ia dilahirkan” (Siyar A’laam An-Nubalaa 5/86)
Bahkan meskipun kita pernah mendengar hal tersebut sebelumnya, hendaklah kita tetap mendengarkan dengan baik dan tidak merasa dalam hatinya bahwa lebih tahu dari teman yang sedang berbicara.
3. Tidak memotong pembicaraan
Adab selanjutnya ketika berbicara adalah tidak memotong/menyela pembicaraan. Menunggu teman kita selesai bicara sebelum merespon walaupun kita sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.
Al-Hasan Al-Bashri berkata,
إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول , و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول , و لا تقطع على أحد حديثه
“Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa hal. 72)*Muntaqa al-Akhbar atau Al-Muntaqa adalah kitab himpunan hadis hukum yang dihimpun oleh Majduddin bin Taimiyyah Al-Harrani yaitu kakek dari Ibnu Taimiyah. Kitab ini terdiri dari 5029 hadis, yang kemudian diuraikan oleh Imam Asy-Syaukani menjadi beberapa juz kitab penjelasan yang diberi judul Nailul Authar
Ini penting banget, karena ketika kita mulai terpikir untuk memberi respon sebelum teman kita selesai berbicara. Kita sendiri tidak mendapat informasi atau pemahaman terhadap emosi dari teman ygyang berbicara menyampaikan pesannya.
Kemudian, menginterupsi teman yang bicara juga seperti kita memberitahukan kalau perkataan kita lebih penting daripada perkataan lawan bicara, sehingga bisa saja dianggap sombong,egois dan tidak sopan karena terkesan tidak peduli dengan perkataan teman kita.
4. Tidak mengolok-olok gaya bicara seseorang
5. Sebisa mungkin memberikan solusi atau bertanya untuk menggali informasi.
Biasanya pemahaman setiap manusia berbeda-beda, maka untuk menyatukan atau menyelaraskan lebih baik bertanya.
Mari memperhatikan tipe-tipe orang di bawah ini:
Orang pertama. Jika engkau menceritakan kisah yang pernah dialami, dari awal ia sudah memotongmu dengan berkata, "Aku juga mengalami hal serupa"
Kemudian engkau berkata, "Sabar, sampai aku selesai bicara." Ia pun diam sejenak.
Ketika engkau asyik bercerita, ia kembali memotong pembicaraanmu, "Benar. Benar. Persis seperti yang aku alami. Ya, suatu hari aku pergi ke …"
"Saudaraku, tunggu dulu," engkau pun memotongnya.
Ia diam. Tidak lama kemudian ia kembali memotong pembicaraanmu, "Memang Memang …"
Adapun orang kedua, saat engkau berbicara, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Sesekali ia mengeluarkan ponsel dari kantong, menulis atau membaca sms. Atau, siapa tahu ia asyik main game lewat ponselnya.
Nah, orang ketiga menguasai seni mendengarkan. Tahu engkau sedang bercerita, ia pusatkan pandangan kepadamu. Engkau pun merasa diperhatikan. Sesekali ia menganggukkan kepala, sesekali tersenyum, dan sesekali menggigit bibir karena takjub. Bahkan, sesekali ia berkomentar, "Sungguh mengagumkan, subhanallah!"
Siapa di antara mereka yang akan paling disukai atau nyaman diajak berbicara? Sudah pasti yang terakhir.
Jadi, memikat hati orang tidak melulu dengan memperdengarkan yang mereka suka, tetapi juga menyimak apa yang mereka suka untuk diperdengarkan.
Sebagian dari kita lupa bahwa Allah menciptakan untuk kita satu lidah dan dua telinga supaya kita lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
Tidak semua orang bisa sabar mendengar pembicaraan orang lain, terutama pembicaraan yang berputar-putar tidak karuan (berbelit-belit), terlebih lagi pembicaraan yang sudah diketahui dan telah di dengarkan sebelumnya.
Namun,
Belajar mendengarkan pembicaraan dengan baik, merupakan akhlak yang sangat mulia, karena :
- Sikap ini menunjukkan ketawadhu’an seseorang.
- Menunjukkan penghargaannya terhadap saudaranya.
- Menjaga perasaan saudaranya, meminimalisir konflik,
- Menyenangkan hati saudaranya yang tentunya senang jika pembicaraannya didengarkan dengan seksama.
- Meningkatkan produktivitas .
- Meningkatkan kemampuan memahami.
Maka dari itu, mari menjadi pendengar yang baik.
Pada awal kenabian, umat Islam sangat sedikit. Banyak orang kafir mendustakan Rasulullah, bahkan menjauhkan manusia darinya. Mereka menuduhnya dukun dan pendusta. Mereka bahkan menuduhnya penyihir dan orang gila.
Suatu hari Dhamad datang ke Makkah. Dia bijaksana, menguasai ilmu kedokteran dan pengobatan, termasuk mengobati orang gila dan terkena sihir. Terdengar orang-orang kafir menyebut nabi Muhammad sebagai orang gila dan dia meminta ditunjukkan barangkali melalui dia, Allah mengobati orang gila. Ketika bertemu nabi, Dhamad menatap wajahnya yang cerah dan berkata '"Wahai Muhammad, aku akan membebaskanmu dari sihir. Sesungguhnya Allah menyembuhkan siapa saja yang dikehendaki di tanganku. Mari, aku akan mengobatimu." kemudian dia bicara terus sedangkan Nabi tetap menyimak.
Tahu ga sih? Nabi tetap diam padahal siapa yang berbicara? Beliau tetap diam mendengarkan orang kafir berbicara. Bahkan seseorang yang mengaku akan mengobatinya dari penyakit gila.
Betapa bijaksananya Rasulullah SAW.
Kemudian setelah Dhamad selesai dengan bicaranya, dengan sangat tenang Rasul bersabda yang kemudian Dhamad terhentak hingga akhirnya mengucap syahadat. Dalam hal ini, Rasul tahu Dhamad merupakan orang yang dihormati sehingga Rasul menanyakan apakah Dhamad bersedia menyerukan Islam. Yang kemudian Dhamad bersedia.
Jadilah pendengar yang baik. Diam dan gerakkan tanganmu. Beri tanggapan yang baik dengan bahasa wajahmu, seperti mengerutkan kening, mengangkat alis, tersenyum, dan berdecak kagum.
Lihatlah pengaruh sikap semacam itu terhadap orang yang berbicara denganmu, baik ia sudah besar maupun masih kecil. Engkau akan menyaksikannya memerhatikanmu, dan menyerahkan sepenuh hati kepadamu.
Terima kasih.
Slide dan sumber klik di sini
- https://shahihfiqih.com/tazkiyatun-nafz/adab-ketika-mendengar-orang-lain-yang-sedang-berbicara/
- https://umma.id/post/8-adab-dalam-berbicara-dan-dalilnya-375217?lang=id
- https://www.islampos.com/adab-berbicara-berdebat-dan-mendengar-pendapat-105256/
- https://midtrans.com/id/blog/5-tips-menjadi-pendengar-yang-baik-dan-efektif
- https://www.merdeka.com/sumut/cara-menjadi-pendengar-yang-baik-jangan-persiapkan-jawaban-saat-orang-lain-berbicara-kln.html?page=5
- https://risalahnet.wordpress.com/2016/12/14/belajar-menjadi-pendengar-yang-baik/
- https://umma.id/article/share/id/1002/324559
- https://www.solopeduli.com/konten-islami-1492-akhlaq-rasulullah-menjadi-pendengar-yang-baik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar