Jumat, 15 Mei 2020

Menjadi Pribadi Bertaqawa

Sebaik-baik Orang

"Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat."(Al-A'raf[7]:26)

Takwa : melaksanakan segala perintah Allah SW dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. 

"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"(Asy-Syams[91]:8)

Allah memberi 2 kecenderungan : kefasikan dan ketakwaan. 

 Ketaqwaan kepada Allah SWT dilandasi dengan keimanan yang kuat. Iman bukan sekedar percaya, melainkan membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkannya dengan tindakan. Sebagaimana Ibrahim dan Ismail ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih Ismail. (37:102). Dilandasi dengan keimanan penuh, tanpa ada celah sama sekali, sebagaimana Musa ketika mendapat perintah untuk memukulkan tongkatnya ke Samudra. (20:77).  Keimanan dan ketaqwaan yang menjadikan Abu Bakar As-Sidiq yang jika ditimbang dan dibandingkan keimanannya dengan seluruh umat manusia maka masih lebih berat sehingga menggambarkan keistimewaan-nya. (Hadits Imam Muslim). Keimanan yang menghilangkan ketakutan walaupun jiwa terancam, sebagaimana seorang laki-laku keluarga Fir'aun atau Asiyah, istri Fir'aun yang keberaniannya menghadirkan kepasrahan kepada Allah (40:44). Keimanan yang menjadikan selalu berusaha memenuhi kehendak Allah semata. 

Sudah selayaknya bagi kita untuk terus menyempurnakan keimanan dan ketaqwaan. Manusia memiliki sifat salah dan lupa, sehingga perlu diingatkan dengan cara bermuhasabah. Bisa dilakukan setiap hari. Perbaikan diri terus menerus diperlukan untuk mencapai keimanan dan ketaqwaan. 
"Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab karena membuat hisab kalian ringan. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Bersiaplah untuk hari pembalasan yang agung, hari ketika amal-amal kalian dibeberkan, tidak luput hal-hal yang terkecil."-Umar bin Khattab


Belajar Taqwa

Kisah tentang Yusuf (12:33) yang lebih memilih dipenjara daripada mendapat siksa dunia akhirat. Kisah Hilal yang menyebut "Ahad, Ahad, Ahad" ketika disiksa dengan batu besar maupun cambukan membuatnya makin teguh hati dan yakin bahwa Allah tidak menyia-nyiakan hambanya. Nabi Ya'kub diberi cobaan kehilangan Yusuf kemudian kehilangan Bunyamin senantia bersabar dan bertaqwa. Begitupula nabi Ibrahim ketika dibakar dalam api yang menyala-nyala, ucapannya yang hanya memerlukan pertolongan Allah mencerminkan keimanan yang utuh. 

"Kenalilah Allah dalam suka maka Allah akan mengenalmu saat dalam duka," pesan Rasulullah kepada pemuda kecil (Abdullah bin Abbas). "Jika engkau meminta, mintalah kepada-Nya. Jika engkau butuh pertolongan, memohonlah kepada-Nya," lanjut Rasulullah.

Belajar Taqwa berarti kita belajar untuk meneladani sebaik mungkin keteguhan para nabi, sahabat dan orang-orang shalih dalam menjaga keimanan dan ketaqwaannya.Kita meneladani, mempraktekan dan mengajarkan kepada generasi setelah kita. Sebagaimana Luqman al-Hakim, seorang tokoh yang hidup semasa Nabi Daud namanya abagi menjadi nama salah satu surah dalam Al-Qur'an. Seorang ayah yang dengan pesan-pesan hikmah mendidik anak-anaknya tentang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Didapati pula pada wasiat Ibrahim dan Ya'kub kepada anak-anaknya. (2:131-132).


Selalu (Berusaha) Menjadi Lebih Baik

Ide maupun kata-kata memiliki kekuatan yang luar biasa pengaruhnya ketika sudah masuk ke salam sistem keyakinan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan Imam Abu Hanifah ketika dinasihati Asy-Sya'bi, "Kata-katanya meresap di hatiku". Ia mendapat nasihat agar mendatangi majelis ilmu lebih sering dibandingkan ke pasar untuk berdagang, "Engkau harus menggeluti ilmu dan menghadiri majelis-majelis ulama karena aku melihatmu memiliki bakat sebagai seorang alim,". Kemudian pesan ini menjadi titik balik kehidupan Imam Abu Hanifah yang akhirnya menjadi ulama besar dan memiliki pengaruh yang luas. Suatu kata-kata yang dapat mengubah banyak hal, itulah qulan layyinan. Kata-kata yang lemah lembut, enak didengar, penuh persahabatan dan memberikan semangat. Sehingga yang mendengarkan merasakan kenyamanan, hatinya tersentuh dan tergerak dan melakukan. 

Qaulan Layyinan adalah gaya bicara perintah Allah SWT ketika mengutus nabi Musa dan Harun agar menemui Fir'aun dengan harapan Fir'aun dapat tersentuh, terbuka hatinya dan menerima dakwah yang disampaikan. (20:43-44). Kata-kata yang memiliki power sebagaimana qaulan layyinan mampu mengubah pula pribadi seseorang sebagaimana yang dialami Imam Syafi'i. Ucaan seorang laki-laki yang menyayangkan jika potensi kecerdasan yang dimiliki Imam Syafi'i lebih banyak digunakan mendalami syair daripada ilmu agama, khususnya ilmu Fiqh. Setelahnya, Imam Syafi;i mencari guruyang hebat dalam ilmu Fiqh untuk belajar yaitu, Imam Malik. 

Jadikan setiap ucapan sebagai inspirasi, karena kita tidak tahu kata-kata mana yang menjadikan orang lebih baik. Hal terpenting adalah sudah berusaha mengucapkan yang terbaik, lembut, menentramkan dan menyentuk hati. Kata-kata yang bisa mengubah masa depan seseorang. Seburuk apapun masa lalu, yang penting selalu berusaha melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Jangan pernah merasa perputus asa dan sediakan optimisme serta prasangka baik untuk masa depan.

Sebagaimana Ikrima, orang yag paling getol memusuhi islam, dia yang menghimpun pasukan untuk menghadang kaum muslimin ketika Rasulullah datang untuk penaklukan Mekkah secara damai. Setelah bertaubat dan masuk Islam, ia syahid di medan Yamurk melawan pasukan Romawi yang membuktikan komitmennya berubah menjadi lebih baik.

Sebagaimana pula gerombolan perampok yang menjadi ingat dengan janji kepada sang Pencipta karena kata-kata jujur Abdul Qadir al-Jailani yang memberitahu letak hartanya. Menjadikan mereka ingat dengan perbuatan dosa dan kembali ke jalan yang benar.

Setidaknya ketika kita merasa kehidupan biasa saja tanpa suatu pencapaian membanggakan, dijadikanlah untuk bermuhasabah dan berubah menjadi lebih baik. Misalkan dalam bisnis, mengevaluasi secara berkala untuk mengetahui capaian dan target yang belum tercapai serta kesalahan-kesalahan. Selanjutnya membuat target yang belum tercapai dan perbaikan dari kesalahan-kesalahan sebelumnya. Mengingat akhirat, tidak pula, mengabaikan dunia. (59:18).

Berubah menjadi lebih baik itu butuh dukungan, dapat dilakukan dengan mencari komunitas atau guru yang bisa membimbing, Faktor teman menjadi salah satu penguat seperti pesan Rasulullah dalam (HR Bukhari no. 5108)


Menegakkan Tiang Agama

Kualitas shalat seseorang menjadi indikator kualitas keislaman seseorang dan salah satu pendidikan karakter bagi muslim. Shalat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar (29:45). 
(menyusul)
Mengelola Sumber Daya Waktu
Berkarya Bermodal Taqwa
Berlindung dari Kesombongan
Nol-kanDiri, Selalu Rendah hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar